Dasar-dasar Epistemologi


Pendahuluan
Manusia makhluk yang begitu kompleks, demikian kompleksnya hingga sumber pengetahuan yang dimilikinya juga beragam. Sumber-sumber pengetahuan ini pula yang memberikan potensi melebihi malaikat atau lebih hina dari pada hewan. Dalam tulisan ini akan disajikan sedikit penjelasan mengenai sumber-sumber pengetahuan tersebut dan semoga bermanfaat. Untuk kesalahan penulisan dan lainnya harap diberikan pembenaran serta dibukakan pintu maafnya, manusia tidak pernah lepas dari segala bentuk kesalahan.

Ilmu Pengetahuan dan Epistemologi
Telah banyak terjadi perubahan yang terjadi sejak keberadaan manusia pertama hingga saat ini, dan ilmu pengetahuan adalah yang dirasa memiliki andil terbesar bagi perubahan tersebut. Betapa tidak, dari mulai alat berburu sederhana hingga modern seperti yang dapat kita lihat saat ini. Semua itu tentu saja tidak datang begitu saja, perkembangan pengalaman yang digabungkan dengan kreatifitas merupakan faktor pembentuknya. Jika dahulu kala kita memerlukan kaki dan waktu berhari-hari untuk pergi ke suatu kota, sekarang cukup dengan hitungan menit dan menggunakan besi terbang tersebut sebagai pesawat untuk mencapainya.
Demikian besar sumbangan ilmu pengetahuan bagi kemajuan yang telah diperoleh oleh manusia saat ini. Sedemikian besarnya pengaruh pengetahuan bagi manusia, sehingga dirasa

patut bagi kita untuk mengkajinya lebih dalam. Terkait dengan keberadaan ilmu pengetahuan sendiri ada berbagai pandangan yang mengungkapkan asal mula pengetahuan. Ada yang berpendapat ilmu datang dari Tuhan melalui utusannya, ada pula yang berpendapat ilmu datang melalui pengalaman manusia sendiri. Apapun alasannya ilmu pengetahuan tetap memiliki metode dan alat pencapaiannya, karena segala sesuatu yang terjadi senantiasa memerlukan sebab dan ilmu pengetahuan juga membutuhkan sebab.
Epistemologi adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang sumber-sumber pengetahuan manusia. Dirasa begitu penting pengaruhnya pada perkembangan pengetahuan manusia, kita memerlukan pemahaman epistemologis yang benar dan matang. Perbedaan pandangan epistemologis yang diyakini setiap manusia akan melahirkan praktek-praktek yang berbeda pula bergantung keyakinan yang dihasilkannya tersebut. Ada satu kisah yang mencerminkan fenomena perbedaan pengetahuan ini yang dapat kita analogikan dengan perbedaan asumsi tersebut.
Suatu ketika ada empat orang yang berjalan di dalam hutan gelap gulita hingga pada akhirnya mereka berempat menabrak suatu benda yang menahan mereka, dan kita ketahui benda itu adalah gajah. Orang pertama memperoleh salah satu kaki gajah yang besar, ia meyakini gajah sebagai hewan yang berbentuk tabung besar menjulang dari atas ke bawah. Orang kedua memperoleh ekornya dan meyakini gajah sebagai hewan kecil panjang dan berbulu pada ujungnya. Orang ketiga memperoleh belalai sang gajah, dan ia menggambarkan gajah sebagai hewan panjang sebesar lengan manusia dan berlubang dua pada ujungnya. Orang keempat memperoleh bagian telinga hingga ia menggambarkan gajah sebagai hewan yang lebar tipis seperti nampan bergerak-gerak. Kita tidak dapat menyalahkan mereka semua, karena pendapat mereka benar. Tetapi mereka tidak menggambarkan gajah sebagai suatu hewan, melainkan hanya sebagian anggota tubuh gajah.
Kita tidak menginginkan pemahaman yang setengah-setengah seperti yang terjadi dengan keempat orang tersebut, oleh karena itu kita memerluka epistemologi untuk membedakan pemahaman yang berbeda dari satu atau banyak fakta. Epistemologi memiliki empat cabang sumber ilmu pengetahuan yakni; Empiris, Narasi, Rasio, dan Intuisi. Setiap sumber pengetahuan memiliki karakter dan batasannya masing-masing, dan tentu saja ini berpengaruh dengan validitas pengetahuan yang diperoleh.

Metode Empiris
Metode ini adalah metode yang paling mudah untuk kita pelajari, karena jelas objek maupun alat perolehannya. Setiap orang memiliki panca indera serta kemampuan yang sama untuk mempraktekkan metode ini. Metode ini menggunakan indera sebagai alat perolehan pengetahuan; penglihat, pendengar, pengecap, peraba, pencium adalah lima cabang perolehannya. Subjek pengetahuan terpisah dengan objek pengetahuan dalam metode ini. Artinya terdapat jarak antara pencerap pengetahuan dengan objek yang sedang dicerap.
Metode ini menawarkan suatu sistem pengulangan atau sample untuk perolehan kesimpulannya. Ilmu pengetahuan modern (sains) merupakan produk yang dinilai paling mutakhir dari metode ini. Melalui percobaan yang berulang-ulang terhadap berbagai jenis air diberbagai tempat dan waktu, hingga pada akhirnya para ilmuwan menyimpulkan bahwa air mendidih pada suhu seratus derajat celcius. Demikianlah metode yang diadopsi indeera sebagai alat pencarian pengetahuan.
Validitas metode ini dirasa yang paling kecil di antara metode lainnya. Jarak berpengaruh besar pada peroleha pengetahuan bagi subjek pengetahuan. Penglihatan kita pada fenomena matahari dan bulan yang bergantian memutari bumi akan kita dapatkan jika kita berada di bumi. Tetapi perolehan pengetahuan ini tidak lagi berlaku bagi para manusia yang sudah mengelami perjalanan ke luar angkasa. Mereka akan melihat fenomena yang ternyata bumi bersama delapan planet lainnya mengelilingi matahari dengan satelit dan orbit masing-masing. Dewasa ini ada beberapa kelompok yang meyakini pengetahuan hanya didapatkan melalui indera saja, kelompok biasa disebut dengan kaum positifis. Mereka beranggapan bahwa tidak ada pengetahuan melainkan hanya kita peroleh melalui indera, karena metode lainnya dinilai tidak dapat dipertanggung jawabkan validitasnya. Mereka hanya meyakini ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan secara inderawi, dan bukan selainnya.

Metode Narasi
Sebagian besar ilmuwan masih meragukan kedudukan metode ini dalam kajian epistemologi, namun saya rasa kita patut untuk memperhitungkan metode ini. Metode ini dapat juga kita sebut sebagai metode berita. Metode ini menggunakan berita sebagai sumber pengetahuan, oleh karena itu metode ini tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan metode pendukung lainnya. Sumber perolehan metode ini yang paling besar adalah sejarah.
Jelas terbentang jarak yang begitu jauh antara subjek dan objek pengetahuan dalam metode ini. Namun demikian Allamah Muhammad Bagir Shadr menawarkan suatu prinsip yang disebut dengan Kalkulus Probabilitas. Prinsip ini berusaha untuk memastikan validitas berita yang disampaikan kepada subjek pengetahuan. Dikatakan bahwa validitas suatu berita dapat dilihat dari banyaknya penyampaian berita dan tidak adanya kepentingan bagi sang penyampai berita atas isi berita yang disampaikan. Dengan melihat dua faktor tersebut kita dapat meastikan validitas suatu berita, namun tetap saja validitas metode ini maksimal hanya mencapai 99% kebenarannya. Untuk menunjang kebenaran diperlukan metode lainnya.
Metode ini dalam epistemologi barat kurang mendapat perhatian, karena mereka tidak memiliki sustu sistem kepercayaan. Berbeda dengan Islam yang memiliki sistem ishmah (keterjagaan seseorang dari dosa). Melalui ishmah validitas berita yang disampaikan seorang penyampai berita dapat menjadi 100% kebenarannya, karena seorang Nabi harus dibekali ishmah terlebih dahulu untuk menyampaikan wahyu. Oleh sebab itu metode ini lebih mendapatkan perhatian dalam Islam, sedangkan komunitas ilmuwan barat meyakini sebuah sistem baru yakni sekularisme. Dengan adanya sistem kepercayaan ini epistemologi barat berusaha melakukan kajian ulang terhadap metode ini. Keraguan mereka pada agama mengakibatkan keraguan yang menjalar pada kepercayaan Nabi pula.

Metode Rasional
Metode rasional adalah ciri khas era modern, begitu besar pengaruh metode ini bagi perkembangan dunia pemikiran modern. Betapa tidak, sejak jaman Yunani klasik hingga dewasa ini, dirasa rasionalisme sebagai pupuk yang sangat subur bagi perkembangan dunia pemikiran hingga berdampak pada sektor lainnya. Akal merupakan alat perolehan metode ini, maka akal memperoleh perhatian yang paling besar dewasa ini.
Berbeda dengan dua metode sebelumnya, dalam metode rasional subjek terpisah dengan objek pengetahuan tetapi seakan-akan menyatu dengan subjek. Kausalitas merupakan karya penting hasil kerja akal, objek kajiannya berada di luar subjek pengetahuan, namun proses pencariannya terjadi dalam alam pemikiran subjek. Demikianlah yang menjadikan metode ini begitu hebat dalam dunia pemikiran. Metode ini juga dapat kita sebut sebagai penghubung antara metode irfani atau intuisi dengan metode material lainnya.
Validitas metode ini begitu besar, namun tentu saja hanya sebatas yang dapat dipikirkan oleh akal saja. Metode ini tidak dapat mengkaji objek kajian yang bersifat irrasional seperti cinta, kesucian, kebahagiaan, dll. Metode ini hanya dapat memberikan penilaian benar-salah, baik-buruk, pantas-tidak, dll. Artinya metode ini bekerja dalam tataran teori belaka, kecocokannya dengan praktik eksternal membutuhkan bantuan dari metode lainnya pula.

Metode Intuitif
Metode terakhir adalah intuitif, sebuah metode yang paling sulit untuk melakukan kajian terhadapnya. Alat perolehan metode ini adalah hati, merupakan alat yang begitu pribadi dan sulit dirumuskan dalah susunan teori yang baku, karena setiap orang memiliki caranya masing-masing berdasarkan apa yang dirasakan hati mereka walaupun sejatinya memiliki tujuan yang sama.
Dalam metode ini tidak ada jarak antara subjek dan objek pengetahuan. Subjek dan objek pengetahuan menyatu, dan dapat dipastikan hasil yang diperoleh objektif sepenuhnya karena subjek menyuarakan objek pengetahuan apa adanya. Namun permasalahan terbesar terletak pada penyampaian hasil pengetahuan yang diperoleh, bahasa dinilai sebagai pengurangan makna pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, untuk menentukan validitas pengetahuan begitu pribadi dan tidak dapat dirumuskan dalam kesepakatan manusia.
Metode yang ditawarkan dalam metode intuitif adalah metode penyucian diri. Melalui penyucian diri diharapkan hati memiliki fokus pada sumber objek pengetahuan, dan tidak lagi memiliki kepentingan di dalamnya sehingga ilmu akan diserap apa adanya. Dapat disimpulkan metode ini menawarkan penyucian diri untuk memberikan tempat masuknya ilmu pengetahuan yang sesungguhnya.
Validitas yang dihasilkan metode ini sepenuhnya benar, karena subjek pengetahuan ada sebagaimana adanya sang objek pengetahuan. Antara subjek dan objek pengetahuan tiada jarak dan menyatu. Sebagaimana pengetahuan kita mengenai pribadi kita sendiri, tidak ada yang lebih mengenal diri kita selain diri kita sendiri. Walaupun sering dikatakan orang tua mengenal anaknya begitu dalam, namun yang paling mengenal sang anak adalah anak itu sendiri.

Kesimpulan
Setiap metode pengetahuan memiliki karakter masing-masing dan validitas juga. Diharapkan bagi para pembaca tidak lagi menggunakan kaca mata kuda, karena hal itu akan menjadikan kita seperti katak dalam tempurung yang hanya melihat dunia sebesar tempurung. Suatu kebenaran tidak akan pernah memiliki akhir, antara satu dengan yang lain saling mendukung, sama halnya dengan keempat metode di atas. Tidak ada yang mengetahui kebenaran yang hakiki kecuali Allah SWT dan orang-orang yang dikehendakinya.

REFERENSI
Muthahhari, Murtadha. Mengenal Epistemologi. Lentera. Jakarta. 2001.

0 komentar: