Mencintai Atau Dicintai?


Pendahuluan
Spiritualitas merupakan aspek yang paling pokok dalam hidup manusia, bagaimana tidak, pengaruhnya telah kita rasakan sejak lahir hingga saat ini. Semangat yang mendorong kita untuk bertahan hidup, tanpanya hidup terasa sepi dan tiada guna. Karena dirasa begitu penting, maka seluruh agama memiliki ajaran spiritualitas. Terlepas dari isi keagamaan, dalam kesempatan kali ini akan kita bahas mengenai cinta sebagai salah satu isu spiritualitas yang paling besar pengaruhnya dalam kehidupan. Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Tulisan ini tidak dibuat kecuali bagi orang-orang yang percaya akan cinta sejati.

Rumah dan Penghuninya
Bukan rumah itu yang menarik hatiku,
Tapi penghuni rumah itu yang kucintai.
Bait syair di atas adalah penggalan dari syair kisah Layla dan Qais (Majnun). Layla dan Majnun adalah sepasang figur cinta sejati yang melegenda bagi mereka yang menganut kepercayaan cinta. Betapa tidak, pasangan yang digambarkan begitu jauh dari nilai ideal inderawi jika dipandang melalui mata, namun kisahnya lestari hingga saat ini. Sejarah menggambarkan Majnun sebagai sosok pemuda tampan nan gagah perawakannya, pada akhirnya jatuh hati dengan sosok gadis berkulit hitam yang pada saat itu terkesan biasa saja. Bahkan menurut kisahnya ada

dua pohon yang tumbuh dari pusara mereka dan bertemu, orang-orang meyakini bahwa ini merupakan lambang kesucian cinta mereka berdua.
Penggalan syair di atas merupakan salah satu bait-bait syair dari kisah cinta Layla dan Majnun. Dikisahkan pada suatu saat Majnun sedang berjalan disamping rumah Layla. Dalam suasana hati yang begitu pekat akan cinta, Majnun menciumi dinding rumah Layla. Majnun menyatakan ekspresi cintanya dengan penggalan syair di atas. Jika kita memiliki seorang pujaan hati, segala atribut yang berkenaan dengan sang kekasih begitu keramat nilainya. Kerudung sang kekasih begitu halus, indah, nan semerbak baunya. Ini merupakan lambang kecintaan yang begitu besar pada sang kekasih. Apakah sebab dari kegilaan tersebut? Ekspresi kegilaan yang sedang terjadi pada seseorang yang sedang dilanda mabuk asmara tidak dapat dikatakan sebagai kegilaan. Bukan kerudung maupun dinding yang menarik hati kita para pecinta, tetapi sang kekasih yang memiliki kerudung dan rumah itulah yang membuat kita mabuk kepayang.
Akal dan kebijakanku adalah musuhku, kuingin mataku dan telingaku tak terbuka.
Jangan jadi bijak untuk meratapi si tolol, jadilah tolol untuk diratapi si bijak.
Seorang pecinta belum pantas disebut pecinta ketika dia masih berakal. Demikianlah ungkapan yang patut disebutkan bagi sang pecinta. Rasulullah SAW yang digambarkan bengkak lututnya karena terlalu lama ruku’ dalam shalat, atau Maulana Jalaluddin Rumi dalam tarian berputarnya selama empat puluh hari empat puluh malam. Tindakan tersebut tidak akan pernah selesai dikaji dengan kebijakan akal, namun dapat kita renungkan melalui kesempurnaan hati. Akal akan senantiasa menghantarkan penggunanya pada penilaian baik dan buruk, karena akal hanya terpaku pada dua penilaian itu saja. Akal tidak akan pernah mampu menilai keikhlasan seseorang yang berkorban demi orang lain, karena kebijakan akal hanya terkait dengan kausalitas yang empiris. Allah SWT menciptakan manusia dengan hati dan akal dalam diri mereka masing-masing. Yang demikian itu Allah SWT berikan pada kita, untuk memberikan penilaian pada aspek tertentu. Tidak sepantasnya kita menilai rasionalitas dengan hati, demikian pula kita tidak patut menilai perasaan batin kita dengan akal.
Apakah yang menggerakkan berjuta-juta jiwa berkunjung ke Ka’bah dan menangis dihadapannya? Merupakan dambaan bagi seorang muslim untuk berhaji dan mencium dinding Ka’bah. Inilah fenomena yang kerap kita dapatkan dalam kehidupan ini. Dorongan untuk memperoleh atribut-atribut yang dekat dengan Ka’bah menghasilkan kebanggaan tersendiri bagi pemiliknya. Sutra kwalitas terbaik dengan harga puluhan juta rupiah dinilai tiada artinya jika dibanding dengan sepotong kain usang penutup Ka’bah, namun demikian bagi seseorang yang memiliki kecintaan akan Ka’bah lebih berharga dari apapun yang dimilikinya. Penilaian akan fenomena ini tentu saja tidak akan pernah sanggup dinilai dengan akal, namun dapat kita rasakan melalui hati. Merujuk pada penggalan syair di atas seorang muslim tidaklah mencintai Ka’bah, namun mencintai siapa yang memilikinya. Ikatan batin yang menghubungkan kita dengan Sang Pemilik Ka’bah, akan senantiasa menjadikan kita gila ketika berada di dekatnya. Jangan pernah takut untuk menjadi gila, karena jika kita belum pernah melakukan kegilaan karena sang kekasih, kita belum patut disebut sebagai pecinta.

Siapakah yang Kita Cintai?
Allah SWT mengajari seluruh ciptaannya dengan cinta, oleh karena itu Ia menciptakan seluruh makhluk berpasang-pasangan. Setiap sebab memiliki akibat, langit berpasangan dengan bumi, laki-laki dengan perempuannya, jantan dengan betina. Apakah tujuan Allah SWT menciptakan aturan yang demikian peliknya ini? Maka demikian marilah kita simak salah satu ungkapan syair cinta kenamaan pujangga Hafiz Syirazi, demi memperoleh pesan di dalamnya;
Kawan, asmara dan cinta itu terjadi dengan mudah dan sederhana, tetapi akhirnya mendatangkan kerinduan, penderitaan, sakit hati, dan beragam kesulitan. Telah cukup lama engkau terbakar oleh api asmara yang berkobar di hati dan selalu menanti belaian cinta dari sang kekasih.
Semua itu telah membuat hatimu kehilangan ketenangan dan rasa bahagianya, serrta menuai derita dari penantian nan panjang itu. Namun, tampaknya kau kini tak lagi bersemangat untuk tetap merindukan sang kekasih dan terpaksa harus segera meninggalkannya! Kendati keputusan itu akan terasa berat dan sulit, engkau harus mendengarkan nasihat dan bimbingan yang ditujukan padamu.
Meski engkau tak memahami hikmah di balik perintah itu dan merasa amat sulit untuk melakukannya, tetapi karena orang tua dan pembimbing lebih mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini dan mengharapkan kebahagiaan bagimu, maka jangan bersikap keras kepala dan egois. Sebab, yang demikian itu akan menimbulkan penderitaan dan kegagalan, sehingga rahasia manusia yang semestinya tersembunyi dalam dada, akhirnya akan menjadi buah bibir masyarakat.
Sekali lagi, kawan! Sekalipun mereka yang tengah merasakan kesenangan dan kebahagiaan tak mengetahui apa yang terpendam di hatimu, jangan lupakan Kekasih dan Sesembahan yang Azali, yakni Tuhanmu. Dengan begitu, jika engkau mengharapkan ketenangan hati dan kebebasan dari rasa sedih dan gelisah, serahkan dirimu kepada Kekasih Abadimu dan jangan lupa untuk senantiasa mengingat-Nya.
Manakala telah tiba di haribaan-Nya, lupakan dunia dan berbagai kesedihan yang ada, sehingga dengan begitu engkau akan meraih kebahagiaan. Insya Allah.
Di awal syair dapat kita lihat bahwa; kerinduan, penderitaan, sakit hati, dan beragam kesulitan adalah rentetan kehidupan yang akan kita alami. Namun, bagaimanakah sikap kita dalam menghadapinya? Seperti yang kita bicarakan tadi, kebahagiaan yang kita rasakan bukan berasal dari luar melainkan dari dalam. Kebahagiaan tidak akan pernah kita dapatkan kecuali kita menciptakannya dari dalam diri kita. Apapun kesulitan hidup yang kita hadapi, akan terasa ringan jika kita menghadapinya dengan senyum dan kegembiraan. Tetapi, terkadang kita terlena dengan rasa sedih yang kita alami, sehingga kita lupa bahwa itu semua sementara.
Hafiz Syirazi mengajak kita bangun dari kesenangan yang telah banyak menipu kita ini, ia mengajak kita hidup ini bukan hanya mencintai seorang kekasih. Kebanyakan dari kita telah lupa bahwa sesungguhnya kita memiliki banyak kekasih dalam hidup ini. Kekasih adalah sosok yang membuat kita rela melakukan apapun bagi kesenangannya, tentu saja hal ini datang tidak lain melalui cinta kita padanya. Mabuk kepayang dalam cinta adalah hal yang wajar dalam percintaan, namun jangan sampai hal ini membuat kita lupa dengan jati diri kita! Tuhan menciptakan makhluk-Nya dengan berpasang-pasangan, hal ini tidak lain untuk mengajarkan cinta pada mereka.
Dikatakan dalam sebuah riwayat bahwa sumber dari cinta itu adalah Tuhan, dan alam semesta ini tercipta juga karena cinta-Nya untuk ingin dikenal hingga perpanjangan cinta-Nya inilah yang membentuk alam. Tuhan menciptakan alam ini dengan cinta, oleh sebab itu Tuhan mengajarkan pada kita cinta. Kita tidak akan mampu mengenal-Nya kecuali dengan cinta. Karena kita tidak akan pernah dapat mengenal cinta sebelum kita mengetahui apa itu cinta? Walau demikian, kebanyakan dari kita lupa untuk mengingat cinta yang sesungguhnya. Allah SWT menciptakan kekasih duniawi bagi kita untuk mengajarkan pada kita cinta, tetapi tujuan tidak berhenti sampai sini saja. Tujuan Allah SWT mengajari kita cinta tidak lain yaitu mencintai Tuhan mereka. Tuhan tidak terbentuk melalui ilusi, delusi, neurosis, atau ketakutan manusia, tetapi Tuhan ada karena cinta manusia sendiri. Ketakutan manusia yang terbesar adalah kesendirian. Betapapun hebatnya seseorang, dirinya tidak akan mampu menghadapi kesendirian. Dari sini dapat kita pahami bahwa manusia sejatinya telah memiliki benih-benih cinta dalam diri. Manusia tidak akan pernah berhenti menncari objek kecintaannya, dan akan senantiasa mencari.
Kebutuhan manusia akan cinta tidak akan pernah sirna oleh ruang dan waktu. Setiap pribadi akan mencari cinta sejatinya. Terlalu sempit jika kita membatasi cinta dengan kehidupan yang begitu terbatas ini. Jika kita mencintai seseorang yang pada akhirnya kita terpisah oleh ruang dan waktu dengannya, apakah kita akan berhenti mencintai? Cinta tidak akan pernah lapuk oleh ruang dan waktu, maka objek kecintaan kita juga tidak dapat kita batasi. Oleh sebab itu, kita mambutuhkan suatu sosok yang abadi, untuk melanggengkan cinta kita ini. Maka, hanya Allah SWT saja yang patut kita cintai, karena sesungguhnya semua ini hanyalah semu belaka.

REFERENSI
Al-Khomeini, Ayatullah Ruhullah Al-Musawi. 40 hadis: Telaah Atas Hadis-hadis Mistis dan Akhlak. Mizan. Bandung. 2004.
Muthahhari, Murtadha. Manusia Sempurna. Lentera. Jakarta. 1994.
Syirazi, Hafiz. Ramalan Hidup. Cahaya. Jakarta. 2007.

2 komentar:

Adebundanaqiy mengatakan...

salam...

afwan..aku lagi searching buku Ramalan Hidup by Hafiz Syirazi, gak sengaja google bawa ana ke blog antum...
ana penasaran dengan buku tersebut..sayang sekali di gramedia di kota ana sdh kosong(info dr gramedia buku tersebut sudah di return tahun lalu:()
would u mind to telling me about the book?..

syukron katsiran..

salam..
ade

Adebundanaqiy mengatakan...

my name ade, this is my Ym : yucca_2212